Liputan6.com, Jakarta - Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2023, Indonesia bersiap menyambut wisatawan asal China.
Seperti diketahui, China pada 8 januari 2023 mencabut pembatasan perjalanan masuk dan keluar wilayahnya.
Pencabutan kebijakan itu termasuk bagi turis lokal yang kini bisa bepergian ke luar negeri, setelah lebih dari dua tahun berada di bawah aturan ketat untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Advertisement
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan, pihaknya siap menyambut wisatawan China yang ditargetkan sebesar 253 ribu tahun ini.
"Tahun 2023 ini kami menargetkan 253 ribu wisatawan CHina yang akan berwisata #DiIndonesiaAja," tulis Sandiaga Uno melalui unggahan di akun Instagramnya, @sandiuno, dikutip Rabu (11/1/2023).
"Mari kita manfaatkan momentum ini untuk menggeliatkan UMKM di sektor parekraf, membuka peluang usaha dan lapangan kerja lebih luas lagi," sambungnya.
Dalam unggahan video pernyataan di Instagram, Menparekraf menjawab pertanyaan terkait antisipasi penyebaran Covid-19 saat menyambut wisatawan China.Â
Dia menjelaskan, bahwa pihaknya telah memiliki standar protokol kesehatan yang telah diterapkan selama pandemi.Â
"Jadi kami menyampaikan bahwa kita menyambut turis dari China. Kita sangat menghargai, pasti mereka akan sangat bertanggung jawab dalam kegiatan wisata mereka," terang Sandiaga Uno.Â
"Terutama seandainya mereka merasa tidak sehat. Oleh karena itu semua ketentuan yang akan ditetapkan ini mengacu pada kebijakan yang sudah kita ambil sekarang, termasuk juga berkaitan dengan protokol kesehatannya," tambahnya.
Sandiaga Uno pun mengajak para wisatawan yang akan berwisata di Indonesia agar mematuhi protokol kesehatan selama perjalanan mereka.
"Tetap waspada, protokol kesehatan terus dijaga! Wisatawan harus tetap menunjukan surat vaksin lengkap dan badan dalam kondisi fit dan sehat," pungkasnya.
Libur Tahun Baru Imlek 2023, 10 Negara Ini Jadi Tujuan Favorit Turis China
Sejak 8 Januari 2023, China membuka perbatasannya bagi pelancong asing. Dicabutnya kebijakan ketat Covid-19 di negara itu juga membebaskan turis China untuk berlibur di luar negeri menjelang perayaan Tahun Baru Imlek.
Mengutip CNBC International, Rabu (11/1/2023) perusahaan layanan pemesanan perjalanan Trip.com Group mengungkapkan, warga China telah bergegas merencanakan perjalanan ke luar negeri untuk Tahun Baru Imlek pada akhir Januari 2023.
Dalam waktu setengah jam setelah perubahan kebijakan yang diumumkan China, penelusuran untuk perjalanan ke luar negeri melonjak ke level tertinggi dalam tiga tahun, kata perusahaan tersebut.
Ada 10 negara yang menjadi destinasi pilihan favorit bagi turis China untuk merayakan libur Tahun Baru Imlek, dengan volume pencarian yang tumbuh paling cepat sebagai berikut :Â
1. Jepang
2. Thailand
3. Korea Selatan
4. Amerika Serikat
5. Singapura
6. Malaysia
7. Australia
8. InggrisÂ
9. Makau
10. Hong Kong
Uniknya, dari daftar destinasi tersebut tidak terdapat negara di kawasan eropa.
Advertisement
Warga China di Australia Rela Bayar Rp 129,1 Juta Demi Pulang Kampung Rayakan Tahun Baru Imlek
China pada 8 Januari 2023 membuka perbatasannya bagi pelancong asing. Menjelang Tahun Baru Imlek 2023, warga China di luar negeri yang hendak pulang kampung mengungkapkan pengalamannya ketika lonjakan harga tiket penerbangan menjadi salah satu tantangan untuk mereka.
Salah satunya negara yang menghadapi mahalnya harga tiket ke China, adalah Australia.Â
Melansir Sydney Morning Herald, Selasa (10/1/2023) saat ini belum ada maskapai penerbangan di Australia yang memiliki layanan harian masuk dan keluar dari China, yang berarti tarif tinggi dan sedikit kursi kemungkinan akan bertahan di masa mendatang.
Qantas, yang merupakan satu-satunya maskapai penerbangan Australia yang melayani penerbangan ke China sejauh ini belum mengumumkan kembalinya rute perjalanan ke negara tersebut.
Maskapai terbesar Hong Kong Cathay Pacific juga masih menghadapi masalah kepegawaian dan secara signifikan membatasi layanannya ke China selama tiga bulan ke depan.
Seorang warga China di Australia, yakni Simon Jiang mengungkapkan mahalnya harga tiket perjalanan ke China saat ini.
Mertua Simon Jiang tiba di Sydney dari Beijing pada November 2022 setelah berbulan-bulan penundaan karena upaya mendapatkan visa, paspor, dan penerbangan mereka.Â
Keluarga Simon masing-masing terpaksa untuk mengeluarkan uang sebesar 12.000 dollar Australia atau sekitar Rp. 129,1 juta (asumsi kurs Rp. 10.700 per dollar Australia) untuk harga tiket pesawat penerbangan ekonomi, tiket sekali jalan yang dijadwal ulang beberapa kali.
"Sebelum Covid-19, harga tiket hanya sekitar 5000 dollar hingga 6000 untuk pulang pergi, saya bahkan mendengar tiket yang lebih mahal dibeli oleh beberapa teman lain sekitar setahun yang lalu yang saat itu naik menjadi 30 atau 40 ribu dollar per tiket," katanya.
Turis China Bisa Melancong ke Luar Negeri, Negara Mana Diuntungkan?
 Turis dari China akhirnya bisa kembali berlibur ke luar negeri, setelah negara itu resmi mencabut pembatasan perjalanan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Dikutip dari CNN Bussiness, Senin (9/1/2022) analis McKinsey memperkirakan bahwa turis China akan memberikan dorongan pada ekonomi global di 2023, meski perjalanan internasional mungkin tidak segera pulih ke tingkat pra-pandemi.
Ada juga analis di Goldman Sachs yang memperkirakan bahwa sejumlah negara di Asia akan mencatat keuntungan jika jumlah turis China kembali ke level sebelum pandemi.
"Kami memperkirakan bahwa Hong Kong, Thailand, Vietnam, dan Singapura akan paling diuntungkan jika impor layanan perjalanan China kembali ke level 2019," kata analis Goldman Sachs.
Hong Kong, kota yang paling banyak dikunjungi di dunia dengan hanya di bawah 56 juta kedatangan pada tahun 2019, dapat dilihat sekitar 7,6 persen peningkatan PDB-nya karena ekspor dan pendapatan pariwisata meningkat.
PDB Thailand juga diprediksi bisa merangkak sebesar 2,9 persen. Sementara Singapura akan meningkat 1,2 persen.
Negara lainnya, yakni Kamboja, Mauritius, Malaysia, Taiwan, Myanmar, Sri Lanka, Korea Selatan, dan Filipina juga kemungkinan akan mendapat manfaat dari kembalinya turis China, menurut penelitian oleh Capital Economics.
Diketahui, ekonomi Hong Kong telah sangat terbebani oleh penutupan perbatasan China. Industri pilar kota pariwisata dan real estat telah terpukul keras. Pusat keuangan tersebut memperkirakan PDB menyusut sebesar 3,2 persen pada tahun 2022.
Beberapa negara Asia Tenggara lainnya yang bergantung pada pariwisata juga telah mempertahankan aturan masuk yang relatif longgar bagi turis China, meskipun wabah Covid-19 melanda negara itu dalam beberapa pekan terakhir. Mereka termasuk Thailand, Indonesia, Singapura dan Filipina.
"Ini salah satu peluang kita bisa mempercepat pemulihan ekonomi," kata Menteri Kesehatan Thailand pekan ini.
Advertisement